Putin Ajukan Dialog Langsung dengan Ukraina, Eropa Desak Gencatan Senjata Tanpa Syarat

Catur Ariadi

Mei 11, 2025

3
Min Read
Putin Ajukan Dialog Langsung dengan Ukraina, Eropa Desak Gencatan Senjata Tanpa Syarat

MOSKOW, ThePost.id — Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan perundingan damai langsung dengan Ukraina yang disebutnya harus dimulai pada 15 Mei 2025 di Istanbul, Turki. Usulan ini disampaikan dalam pidato malam yang disiarkan langsung dari Kremlin, Sabtu (10/5/2025) waktu setempat.

“Kami mengusulkan agar otoritas Kyiv melanjutkan negosiasi langsung, dan saya tegaskan, tanpa prasyarat. Kami ingin menghapus akar penyebab konflik dan bergerak menuju perdamaian yang kuat dan berkelanjutan,” kata Putin yang dikutip dari BBC.com, Minggu (11/05/2025).

Usulan tersebut muncul hanya beberapa jam setelah sejumlah pemimpin Eropa—termasuk Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron—mengunjungi Kyiv dan mendesak Moskwa agar menyetujui gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari, mencakup wilayah darat, udara, dan laut.

Putin menyatakan akan berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Minggu (11/5/2025) untuk membahas teknis perundingan. Namun hingga saat ini, pemerintah Ukraina belum merespons secara resmi tawaran tersebut.

Desakan dari Barat dan Ancaman Sanksi Baru

Dalam konferensi pers bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, para pemimpin Eropa menegaskan bahwa sanksi besar-besaran akan diberlakukan terhadap sektor energi dan perbankan Rusia jika Moskwa menolak usulan gencatan senjata.

Mereka menyebut telah berkonsultasi dengan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang menurut Starmer “sangat jelas” bahwa gencatan senjata merupakan “tuntutan yang harus dipenuhi”.

Kremlin melalui juru bicaranya, Dmitry Peskov, menanggapi usulan Barat dengan skeptisisme. Ia menegaskan bahwa tekanan dari luar tak akan membuahkan hasil. “Ini perkembangan baru. Tapi upaya menekan kami tidak akan berhasil,” ujar Peskov.

Tuduhan Pelanggaran Gencatan Senjata

Putin mengklaim bahwa Rusia telah beberapa kali menawarkan gencatan senjata, termasuk moratorium terhadap serangan ke infrastruktur energi, gencatan senjata Paskah, dan gencatan tiga hari dalam rangka peringatan 80 tahun kemenangan dalam Perang Dunia II. Namun, menurutnya, Ukraina kerap melanggarnya.

Ia menuduh Ukraina melakukan lebih dari 500 serangan drone selama periode gencatan terakhir, serta menggunakan rudal buatan Barat dan melakukan serangan terhadap wilayah Rusia.

Sebaliknya, Kyiv menyebut gencatan senjata tersebut hanyalah “sandiwara teatrikal”. Zelensky menegaskan bahwa Rusia tetap melakukan serangan meski telah menyatakan gencatan senjata sepihak.

Konteks Geopolitik yang Kompleks

Konflik Rusia-Ukraina yang dimulai pada Februari 2022 telah menyebabkan ratusan ribu korban jiwa dan menjadi titik balik hubungan Rusia dengan Barat. Sementara Barat memandang invasi sebagai aksi imperialis, Moskwa menilainya sebagai respons terhadap perluasan NATO dan pelanggaran terhadap “wilayah pengaruh historis” Rusia.

Putin menggambarkan konflik ini sebagai momen penting yang memperlihatkan bagaimana Rusia “diperlakukan dengan tidak hormat” sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991.

Sementara proposal dialog tanpa prasyarat dari Moskwa masih menunggu tanggapan Kyiv, komunitas internasional terus mencermati arah krisis ini. Apakah pertemuan yang diusulkan di Istanbul akan membuka jalan menuju perdamaian atau sekadar menjadi jeda dalam konflik yang belum berkesudahan, masih menjadi pertanyaan besar.

Tinggalkan komentar

Related Post