ThePost.id – Komando Operasi TNI (Koops) Habema menjadi salah satu poros penting dalam penanganan konflik bersenjata di Papua. Dibentuk awal 2024 atas inisiatif Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Koops ini memainkan peran strategis dalam menumpas kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah-wilayah rawan konflik, khususnya di Papua Tengah dan Pegunungan Papua.
Koops Habema merupakan gabungan kekuatan dari tiga matra TNI—Angkatan Darat, Laut, dan Udara—dengan pola operasi yang terintegrasi bersama Polri.
Koops ini disebut mengusung konsep smart power, yakni kombinasi antara kekuatan militer (hard power), pendekatan lunak (soft power), dan diplomasi militer.
Nama “Habema” sendiri merupakan akronim dari “Harus Berhasil Maksimal”, sekaligus merujuk pada Danau Habema di Kabupaten Jayawijaya, salah satu danau tertinggi di Indonesia yang berada di kaki Gunung Trikora.
Dua Operasi Besar di Intan Jaya
Pada Rabu (14/5/2025), Koops Habema mencatat salah satu operasi terbesarnya. Sebanyak 18 anggota OPM tewas dalam kontak senjata yang berlangsung sejak pukul 04.00 hingga 05.00 WIT di Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua Tengah.
Menurut keterangan tertulis Komando Operasi yang diterima Kompas.com, pasukan menyasar lima titik strategis yang selama ini dikenal sebagai basis kelompok bersenjata, yaitu Kampung Titigi, Ndugusiga, Jaindapa, Sugapa Lama, dan Zanamba.
Dansatgas Media Koops Habema Letkol Iwan Dwi menyebut operasi tersebut berhasil mensterilkan kawasan dari pengaruh kelompok bersenjata pimpinan Daniel Aibon Kogoya, Undius Kogoya, dan Josua Waker.
“Sebanyak 18 anggota OPM tewas. Kami juga mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk senjata api, amunisi, busur dan anak panah, bendera Bintang Kejora, serta alat komunikasi,” ujarnya.
Operasi Terukur dan Profesional
Letkol Iwan menegaskan bahwa operasi dilakukan secara profesional dengan mengutamakan keselamatan warga sipil. Ia menambahkan bahwa kelompok OPM yang disasar selama ini diketahui kerap melakukan tindak kekerasan terhadap masyarakat dan fasilitas umum.
“Mereka terlibat dalam penyanderaan guru, tenaga kesehatan, pembakaran rumah warga, serta sabotase proyek pembangunan. Kami tidak akan membiarkan rakyat Papua hidup dalam ketakutan di tanah kelahirannya,” tegas Iwan.
Keberhasilan ini pun diapresiasi Panglima TNI sebagai bukti efektivitas Koops Habema dalam menjalankan misi pengamanan Papua.
Kapuspen TNI Mayjen Kristomei Sianturi menyampaikan bahwa pendekatan humanis tetap menjadi landasan operasi. “Kami tetap membuka pintu bagi anggota OPM yang ingin kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi,” ujarnya.
Koops Habema hadir sebagai babak baru dalam strategi nasional menangani konflik Papua, yang selama puluhan tahun mengalami pasang surut eskalasi kekerasan.
Dengan konsep integratif, pendekatan terukur, dan sinergi lintas matra, Koops ini diharapkan menjadi kekuatan adaptif dalam menjaga stabilitas dan kedaulatan di wilayah timur Indonesia.
Namun di tengah pencapaian militer, penting bagi seluruh pihak untuk tetap menjunjung tinggi prinsip hak asasi manusia, transparansi informasi, serta akuntabilitas dalam operasi bersenjata yang menyangkut warga sipil.
Tinggalkan komentar